Gerak Berirama, Karanganyar – Taman Kabudayan #2
Jumat, 16 Desember 2016, menjelang sore, tim Karanganyar – Taman Kabudayan hadir membawa perkakas persiapan agenda yang akan digelar malam harinya. Dimulai dengan membagi tata letak ragam pinampilan karya, menentukan dan merangkai tata cahaya dan tata suara yang diakhiri dengan membersihkan dan merapikan seluruh penjuru pendopo PUJASERA Karanganyar. Langit mulai gelap, pertanda malam segera hadir, kami rehat sejenak menikmati minuman sajian hik (warung tradisional) “Markino”, bercengkrama sembari memastikan semua hal telah siap. Pengunjung yang mulai hadir “disambut” dengan sajian modifikasi otomotif oleh Komunitas C-BRA (CB Karanganyar), karya-karya perupa komunitas Karanganyar Urban Art, Komunitas Sketsa dan Lukis Cat Air.
Musik mulai mengalun, satu tembang sajian Kalimaya Band “mengundang” hadirin merapat. Tepat dipenghujung tembang perdana, duo pembawa acara Terra dan Uung hadir menyapa semua yang sudah siap menikmati sajian-sajian berikutnya. Selesai menyampaikan prakata tentang sejarah singkat dan perkembangan Tari yang merupakan tema Karanganyar – Taman Kabudayan #2, pembawa acara mengajak hadirin berdiri untuk berdoa kemudian menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Mendampingi berlangsungnya acara, tim Sosial Paradoks dari Komunitas Karanganyar Urban Art melakukan aksi mural menjadi latar panggung Karanganyar Taman Kabudayan #2. Dilengkapi dengan suara merdu Mas Itok dan Mbak Natalia (perwakilan Seniman Karanganyar – SEKAR), kalimaya band kembali memainkan beberapa tembang dengan gubahan nada-nada yang apik.
Irama musik, mengiringi penampilan tiga penari sanggar Pelangi Ngesti Budaya yang membawakan “Tari Satria”, sebuah Tari garapan yang berakar pada tari tradisi. Lepas tepuk tangan hadirin, Kurnia Budaya menampilkan “MOVE”, sebuah tari kontemporer modern yang disajikan oleh empat personil, yang menarik pada tarian ini adalah satu bagian akhir yang mengajak hadirin berinteraksi menari bersama. Disambung dengan penampilan Duo Ciwi dengan tari “Lengger Lenggasor” Tari kreasi dari tradisi masyarakat Banyumasan. Selanjutnya sanggar Widurumanik hadir dengan dua penari membawakan “Tari Bajidor Kahot” sebuah tari kreasi jaipongan Sunda. Wijayakusuma, sekelompok anak dari desa Pokoh, Karanganyar ini cukup menyita perhatian karena mereka membawakan tarian fenomenal Joget TemonHolic, sebuah tari pergaulan asal Klaten dengan gerak ekspresi unik dan lucu mengikuti tempo irama musik dangdut. Gerakannya dipandu oleh satu orang di depan dan diikuti “anggota” lain secara kompak, adalah keunuikan lain pada Joged TemonHolic. Diiringi lagu berjudul “Nitip Kangen”, Wijayakusuma dan beberapa hadirin berjoget mengikuti irama dan disambut gelaktawa hadirin pada setiap gerakan yang unik dan lucu. Berikutnya, Sanggar Sandilara menyajikan satu pementasan Teater oleh lima anggotanya.
Masuk pada sesi berikutnya duo pembawa acara mengahadirkan Mas Joko (Ketua Seniman Karanganyar – SEKAR) didampingi Mas Itok dan perwakilan Karanganyar – Taman Kabudayan untuk berbincang-bincang agar terbentuk sinergi antara kedua belah pihak. Mas Joko menyampaikan apresiasi positif adanya kegiatan Karanganyar taman Kabudayan, beliau berharap agenda ini dapat terjaga kemurniannya agar menjadi taman belajar bersama yang kondusif untuk keluarga besar karanganyar.
Mewakili Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI Karanganyar) Mas Paino membacakan satu puisi berjudul “Ibu”, yang merefleksikan kegundahan tentang lunturnya rasa cinta kita terhadap Ibu Pertiwi. Suasana kembali cair dengan lantunan beberapa tembang dari Mas Itok dan Kalimaya Band. Sampai pada penghujung acara, ToBeContinuous Band membawakan jingle Karanganyar – Taman Kabudayan diiringi tepuk tangan semua yang hadir di PUJASERA Karanganyar.