SeniWisata

Bukan Dalang, Merawat Wayang

Bukan Dalang namun Merawat Wayang

Lelaki tua itu bernama Merto Wrejo atau yang lebih dikenal dengan nama Mbah Brambang.  Usianya sudah menginjak 80 tahun, namun tangan-tangannya masih trampil menatah dan mewarnai sebidang kertas, menjadi tokoh-tokoh dalam pewayangan. Rumahnya yang terletak di Dukuh Godekan, Desa Wirun, Kabupaten Sukoharjo, Ia jadikan bengkel kerja bagi wayang-wayang kertas karyanya.

Wayang Kulit merupakan kesenian warisan leluhur yangpada tanggal 7 November 2003, telah ditetapkan UNESCO sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).  Wayang biasanya dibikin dari lembaran kulit dan dikuatkan dengan bilah yang terbuat dari tanduk kerbau. Mbah Brambang menggunakan kertas sebagai bahan dasar pembuatan wayang karyanya, agar wayang lebih terjangkau harganya bagi masyarakat umum.

Karena kecintaannya kepada wayang kulit, di tahun 60an beliau belajar seni tatah sungging di kabupaten Karanganyar. Mbah Brambang memilih jalan yang berbeda dengan para tetangganya yang  mayoritas membuat genteng dan batu bata.  Mbah Brambang memilih menekuni menjadi pengrajin wayang  kertas untuk menopang kebetuhan ekonomi dan merawat kecintaanya kepada kesenian Wayang.

Dari tahun ke tahun Mbah Brambang selalu mencari inovasi baru untuk membuat wayangnya lebih awet. Berawal dari membuat wayang berbahan kardus, kini mbah Brambang membuat formula baru wayang dari kertas tekson. Kertas tekson dipilih Mbah Brambang karena lebih awet dan tidak rusak ketika terkena air. Mbah Brambang juga berinovasi dengan membuat bagian tangannya dengan bahan kulit sehingga jika dipakai untuk belajar sabetan/perang tidak mudah rusak.

Semasa muda mbah Brambang menjual sendiri karyanya dengan berkeliling. Sekarang aktivitas tersebut telah digantikan putranya yang berjualan di pasar Kliwonan, Bekonang. Mbah Brambang menuturkan kalau pembeli sudah banyak yang datang ke rumah beliau. Wayang kertas karya mbah Brambang dibandrol dengan harga dari Rp. 50.000 sampai Rp.150.000, tergantung dari ukuran dan kerumitan.

Konsistensi mbah Brambang tidak bisa diragukan, seluruh hidupnya didedikasikan pada kesenian wayang. Beliau bukan dalang namun selalu mendongengkan kisah-kisah pewayangan kepada siapa saja yang datang.

Penulis: Dwi Prakoso Wijayanto
Editor: Ajie Bayu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *