AgendaIlmu PengetahuanSeniTeknologi

KELUHURAN SEJATI KERIS

Pandangan masyarakat umum terhadap keris dimasa kini, dirusak oleh berbagai tayang televisi dan film-film. Melalui berbagai tayangan sinetron dan film, keris digambarkan seolah selalu identik dengan hal-hal mistik, sihir, perdukunan, dan hal-hal negatif lain yang bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan.

Persoalan ini diungkapankan oleh Mpu Totok Brojodiningrat, sesepuh Padepokan Brojodiningrat, sebagai pemantik sarasehan budaya yang diselenggarakan pada hari Kamis, 20 Februari 2020 di Kawedanan Bekonang, Mojolaban, Sukoharjo

Diskusi budaya di malam itu merupakan puncak dari acara Sarasehan Keris dan Mendudah Spirit Ki Ageng Konang dalam Wawasan Kebangsaan.  Mpu Totok Brojodiningrat sebagai pembicara utama dalam diskusi tersebut mengungkapkan kegelisahannya tentang perusakan citra dari keris dan kebudayaan Jawa pada umumnya.

“Kalau panjengan lihat di televisi atau di film-film,  keris selalu identik dengan adengan seorang dukun dengan segala ilmu sihirnya yang jahat. Tidak hanya keris, namun juga simbol-simbol budaya leluhur seperti sorjan, blangkon, sesaji, dupa, tembang macapat, semuanya disimbolkan sebagai kesesatan yang dalam adegannya seolah harus dilawankan dengan tokoh-tokoh yang mengenakan simbol-simbol keagamaan.” ungkap Mpu Totok  di awal pemaparannya.

Di tengah masyarakat umum, masih banyak juga orang yang memandang keris lebih pada sisi mistisnya, dengan dibumbui berbagai cerita tentang kesaktian atau cerita-cerita misteri seputar keris tersebut.  Diskusi budaya di malam itu kembali mengingatkan, bahwa sejatinya keris merupakan sebuah karya cipta yang mengabungkan antara tingginya pengetahuan ilmu alam khususnya metalurgi yang bersinergi dengan tingginya nilai-nilai filsofi, seni dan spiritual dari para leluhur.

Antropolog yang banyak meneliti tentang budaya Jawa, Clifford Geertz. Dalam bukunya Tafsir Kebudayaanmenyatakan bahwa sistem simbol merefleksikan kebudayaan tertentu. Jadi, bila ingin menginterpretasi kebudayaan sebuah masyarakat maka dapat dilakukan dengan menafsirkan sistem simbolnya. Keris mempunyai dua dimensi simbolis, di satu sisi keris dibuat sebagai simbol individu yang memegangnya, sebagai “Sipat Kandel” yang akan menegaskan karakter dari pemiliknya. Di sisi lain keris juga memuat simbol-simbol tentang konsep dasar filosofi hidup dan spiritualism dalam masyarakat Jawa.

Keris yang dibuat dari unsur besi yang berasal dari bumi dan meterorit yang berasal dari angkasa, merupakan simbol dari konsep filosofi “Ibu Bumi, Bapa Angkasa”, atau bisa diterjemahkan sebagai Lingga-Yoni.  Filosofi “Ibu Bumi, Bapa Angkasa”  hadir sebagai pondasi dalam setiap budaya hidup dan kehidupan di dalam masyarakat Jawa, sebagai tatanan dasar spiritual.

Filosofi tentang Lingga-Yoni juga tersirat dalam bentuk fisik keris dengan wadahnya,  atau saat“Curiga Manjing Warangka”. Jika dimaknai lebih dalam, simbol-simbol tersebut akan membawa dalam pemaknaan dari filosofi “Loro-loroning atunggal” dan “Manunggaling Kawula Gusti”

Empat  unsur utama dalam pembuatan keris yang meliputi api, air, tanah dan angin,  adalah unsur-unsur utama kehidupan yang bisa disarikan dari konsep filosofi “Kiblat Papat Lima Pancer”. Keempat unsur tersebut, secara filosofis dan secara ilmiah merupakan bahan dasar terbentuknya kehidupan, yang bila ditarik lebih mendasar, unsur tersebut berawal dari materi di angkasa (bapa), yang menyatu dan berproses di dalam bumi (ibu).

Filosofi spiritual ini merupakan wujud upaya  menyinergikan kehidupan-kematian manusia dengan segala unsur tanah, api, air, dan angin.Jika manusia mengingkari Sedulur Papat, otomatis mereka menolak kehidupan.

Begitu banyak nilai filosofi dan pengetahuan yang bisa dikaji dari membicarakan keris, namun belum semuanya bisa dibahas dalam diskusi malam itu, karena keterbatasan waktu. Pertanyaan-pertanyaan dari audiece tentang seluk-beluk perkerisan, mewakili banyak pertanyaan dalam masyarakat umum tentang keris, yang meliputi kisah misteri, kesaktian, unsur estetis dan sisi sosiologis dari keris.

Segala hal mistis yang sering dikaitkan dengan keris, diterangkan oleh Mpu Totok sebagai perwujudan energi dari olah jiwa si Mpu pembuat keris yang menyatu dengan kekuatan alami dari jenis-jenis besi yang digunakan untuk membuat keris.

Masih banyak pengetahuan yang bisa digali dari warisan leluhur berupa keris.  Pengetahuan-pengetahuan berharga itu masih menunggu untuk dipelajari lagi dalam berbagai diskusi selanjutnya, atau dalam pembelajaran-pembelajaran mandiri dari para generasi muda, sebagai pewaris budaya leluhur di tanah Jawa ini.

Penulis: Ajie Bayu
Editor: Iqbal Rekarupa
foto: Ajie Bayu & Iqbal Rekarupa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *