Festival Kampung Tinthir 2019
Tontonan dan Tuntunan di Festival Kampung Tinthir
Hujan di lereng Lawu sore itu tak berlangsung lama. Bulan purnama mulai muncul di antara langit malam yang berawan, menerangi aktivitas warga Dusun Demping yang sedang menyiapkan sebuah upacara. Malam itu, Selasa 12 November 2019, adalah puncak acara Festival Kampung Tinthir, sebuah kenduri dan doa bersama yang rutin dilaksanakan oleh warga Dusun Demping, setiap datangnya Wuku Wayang dalam penanggalan Jawa.
Malam saat diselenggarakannya Festival Kampung Tinthir, penerangan di Dusun Demping digantikan dengan nyala ratusan lampu minyak yang ditata di sepanjang jalanan kecil di perdukuhan tersebut. Dikeremangan malam itu, prosesi puncak Festival Kampung Tinthir mulai digelar dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh sesepuh Dusun Demping, Mangku Jito. Setelah doa pembukaan, para sesepuh desa dan warga setempat mulai melakukan prosesi Kirab Butayadnya mengelilingi perdukuhan Demping. Obor, dupa, dan suara denting bajra menemani langkah para peserta kirab yang mengiringi tokoh Dewi Sri sebagai lambang keseburuan berserta figur Celeng dan Tikus lambang hama bagi pertanian.
Selesai prosesi Kirab, Mangku Jito kembali memimpin doa yang diikuti oleh para sesepuh desa dan beberapa umat Hindu di Dusun Demping. Sementara itu, pengunjung yang hadir di Festival Kampung Tinthir mulai memadati jalanan kecil di Dusun Demping. Mereka disambut oleh berbagai pergelaran kesenian tradisi seperti reog, angklung, musik kethongan dan dolanan anak. Pengunjung juga bisa menikmati aneka sajian kuliner yang dijajakan di halaman rumah warga, dengan nasi jagung yang menjadi menu andalannya.
Festival Kampung Tinthir merupakan bentuk pengemasan ritual tradisi dalam sebuah festival seni dan budaya. Sebelum acara menuju acara puncaknya, acara ini diselenggarakan mulai dari tanggal 11 November 2019 dengan berbagai agenda kegiatan. Festival Kampung Tinthir diisi dengan acara “Ngenger”, dimana para mahasiwa tinggal beberapa hari di dusun tersebut untuk bisa mempelajari seni dan budaya Jawa secara lebih dekat. Acara lain yang digelar di Festival Kampung Tinthir adalah kerja bakti membersihkan situs bersejarah, meditasi, yoga dan dialog budaya.
Festival Kampung Tinthir dalam penyelenggaraan di tahun yang ke 6 ini mengambil tema “Hulu-Hilir” sebagai upaya untuk mengetuk kesadaran bersama bagi terwujudnya kehidupan di nusantara yang lebih baik. “Jika ingin memperbaiki keadaan cukuplah dengan langkah yang sederhana, mulailah dari diri sendiri, lalu tularkanlah agar kehidupan di satu desa bisa menjadi lebih baik. Kalau warga di desa-desanya hidup dengan kebaikan, maka negeranya baru bisa diharapkan untuk juga melakukan perubahan ke arah yang lebih baik” Ungkap Mangku Jito disela-sela penyelanggaraan Festival Kampung Tinthir. Nilai kebaikan hidup yang menjadi pesan dari Festival Kampung Tinthir merupakan perwujudan sikap hidup yang menjaga hubungan baik antara sesama manusia, antara manusia dengan alam dan antara manusia dengan Tuhan YME. (Ajie Bayu)