Kampung Kerbau
Wisata Kampung Kerbau Bulak Pepe di Banyubiru Ngawi
Siang menjelang sore, saatnya puluhan kerbau yang dipelihara oleh warga Desa Banyubiru, Ngawi, Jawa Timur, berbondong-bondong mendatangi sebuah sungai kecil yang terletak di pinggiran desa mereka. Cuaca siang yang panas di Banyubiru, adalah saat bagi kerbau-kerbau untuk berendam di sungai di pinggiran hutan jati, yang dikenal dengan Bulak Pepe. Kerbau yang habitat aslinya berada di sekitar wilayah perairan seperti sungai dan rawa, selalu membutuhkan air untuk mendinginkan suhu tubuh mereka.
Pemandangan puluhan kerbau yang berjalan beriringan dan berendam di sungai tersebut, ternyata menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Bulak Pepe. Pemandangan hutan jati, suasana pedesaan yang asri dan aktifitas para pengembala kerbau menjadi magnet bagi para pengunjung dari berbagai kota di sekitaran Ngawi, seperti Yogyakarta, Surakarta, Karanganyar, Sragen. Pengunjung biasanya datang untuk berburu foto-foto unik dan menikmati suasana pedesaan di Banyubiru.
Warga desa Banyubiru belum menyediakan fasiltas-fasiltas khusus untuk wisata kampung kerbau di desa mereka. Warga sedang mengembangkan berbagai macam barang kerajinan yang identik dengan pengembalaan kerbau, seperti klontongan, caping, dan pecut yang nantinya bisa dibeli oleh para wisatawan sebagai souvernir. Desa Banyubiru juga akan mengembangkan ritual tradisi turun temurun di desa mereka, Gumbregan yang merupakan upacara kenduri untuk kerbau-kerbau, sebagai salah satu paket wisata budaya.
Wisata Kampung Kerbau di Bulak Pepe ini pada awalnya adalah inisiatif warga untuk membuat kandang kerbau komunal yang dipusatkan di pinggiran sungai, dekat hutan jati. Pembuatan kandang kerbau komunal bermanfaat agar pengelolaan ternak bisa lebih terjaga kesehatannya, limbah kotoran dari ternak juga lebih mudah dibersihkan tanpa mencemari kehidupan penduduk desa. Warga desa memanfaatkan lahan di pinggir hutan milik PERHUTANI yang dekat aliran sungai, agar kerbau-kerbau dekat dengan tempat mereka biasa berendam.
Bagi warga Banyu biru dan desa-desa di sekitarnya, memelihara kerbau sudah menjadi kegiatan turu-temurun sejak nenk moyang mereka. Kini, ada sekitar 500 kerbau yang terkumpul di kandang komunal di Banyubiru. Kerbau-kerbau tersebut dijual dengan harga mulai Rp 15 juta per ekor kepada pedagang ternak di daerah Yogyakarta, Klaten dan Sragen. Bagi warga Banyubiru, memelihara kerbau sebagai bentuk investasi disamping keseharian mereka yang mengantunggkan pendapatan pada sektor pertanian. Biaya pemeiliharaan yang murah, perawatan mudah dan tidak rentan penyakit membuat pemeliharaan kerbau menjadi sebuah proyek investasi yang menguntungkan. (Ajie Bayu)